Widget HTML Atas

Paradigma Kaum Tertindas Karya Ali Shariati





Perjuangan untuk selalu dan terus melawan segala bentuk penindasan, ketidakadilan, dan perbudakan yang dilakukan golongan penguasa yang penuh ambisi jahat selalu menjadi concern Syari’ati. 

Ali Syari’ati adalah seorang figur revolusioner yang dengan senyum pahitnya, selalu mengecam para  intelektual yang tidak memiliki keberanian untuk menghujat para koruptor bahkan ikut serta didalamnya, dan mengkritik para penganut agama yang memahami substansi agama hanya sebatas simbol lahiriah dan mengecam para tokoh agama yang menjadikan agamanya sebagai legitimasi kekuasaan yang korup dan penindas. 

Dalam bukunya kali ini Syaria’ti mencoba menawarkan sebuah analisis sosiologis, filisofis, dan historis dalam kerangka pandangan hidup tauhid. Pandangan hidup yang menyatukan antara Allah, alam, dan manusia. 

Pandangan hidup yang menolak pembedaaan antara ruh dan badan, agama dan politik, proletar dan borjuis. Pandangan hidup tauhid yang menolak pandangan hidup syirik yang ditandai dengan diskriminasi ras dan penindasan terhadap golongan lemah, dalam buku terbarunya Paradigma Kaum Tertindas. 

Pembahasan dalam buku ini di bagi atas beberapa bagian. Bagian pertama, membahas mengenai bagaimana cara memahami islam secara lebih komprehensif dan terintegrasi. 

Kedua, membahas mengenahi konsepsi manusia menurut doktrin islam. 

Ketiga, bagaimana memahami  antropologi manusia konsep Allah-Iblis dan Ruh-Lempung dalam diri manusia melalui kerangka pandangan hidup tauhid. 

Keempat, filasafat sejarah terhadap cerita Al-Qur’an mengenai Qabil dan Habil dan relasinya terhadap kondisi masyarakat kontemporer serta konsepsi masyarkat dan manusia ideal. 

Kelima, komparasi mengenahi sosok Muhammad dengan nabi-nabi semit maupun nabi-nabi lainnya.     

Syari’ati sebagi seorang figur yang senantiasa mengkritik orang-orang yang memahami ajaran agamanya secara sempit dan mengklaim pemahamannyalah yang paling benar, menawarkan sebuah metode pengenalan dan pemahaman ajaran-ajaran agama secara obyektif dan komprehensif yaitu dengan metode komparasi dimana para penganut ajaran agama tertentu mencoba mengenal, mengkaji dan memahami baik secara personal maupun dialogis: 

Tuhan yang di sembah, Kitab suci yang  dijadikan referensi, figur nabi dan rasul yang membawa dan menyampaikan risalah Tuhannya, dan tokoh-tokoh besar produk dari agama tersebut. Kemudian membandingkan dengan Tuhan, Kitab suci, Nabi dan Rasul, dan tokoh-tokoh besar produk agama-agama lain.

Dalam mencoba mengkaji dan memahami ajaran agama islam, sebagai seorang sosiolog dan sejarahwan, Syari’ati mencoba memberikan sebuah pendekatan lain dalam memahami  islam sebagai agama yang mengatur semua dimensi manusia dan alam, dimana Al-Qur’an sebagai kitab suci yang merangkum semua ajaran Allah dikaji dengan analisis sosiologi dan historis. 

Dari hasil pengkajiannya syaria’ati menemukan konsep baru tentang dimensi sosial manusia yang selama ini belum pernah dikaji, di dalam Al-Qur’an yaitu salah satunya adalah mengenai hijrah, sebuah konsep filasafat sosial yang mendalam, luhur, dan baru. 

Konsep yang menawarkan kepada manusia teori baru tentang keberhasilan sebuah peradaban dalam kerangka sejarah, sosiologi dan humaniora, dimana suatu peradaban akan mengalami kejayaan jika mereka melakukan hijrah dan menetap di sebuah negeri baru. 

Fakta sejarah telah banyak membuktikan teori ini mulai dari peradaban tertua Sumeria sampai peradaban terbaru Amerika yang saat ini sedang mengalami kejayaan. 

Salah satu pandangan dan penafsiran syari’ati yang cukup menarik dengan pendekatan sosiologis dan historis dalam penafsiran Al-Qu’an adalah mengenahi penciptaan Adam dan Hawa (QS.55:14, dan QS: 15:26). 

Adam sebagai simbol manusia pertama merupakan perpaduan antara Ruh Allah yang maha tinggi , maha sempurna dan tidak terbatas dan lempung yang rendah. 

Manusia adalah dzat bidimensional, dimana dimensi yang satu cenderung kepada kesempurnaan pemiliknya dan dimensi yang lain yang cenderung kepada lumpur, kerendahan, stagnasi dan immobilitas. 

Makhluk bidimensional yang lebih unggul dari makhluk Allah lainnya, dikarenakan pengetahuannya  akan “nama-nama” ( syaria’ati menafsirkan “nama-nama” ini sebagai “kebenaran ilmu Allah”, suatu kemampuan yang diberikan Allah kepada manusia untuk menangkap dan memahami serba kebenaran ilmiah yang inheren dalam dunia ) dan kesanggupannya untuk mengemban “amanah” (syari’ati menafsirkan “amanah” sebagai “ kehendak bebas ” , kemampuan manusia untuk memilih dan menentukan jalannya sendiri bahkan menentang naluri dan fitrahnya sendiri )  sebagai khalifah di bumi. 

Hal lain yang menarik dari penafsiran Syari’ati adalah mengenai penciptaan Hawa, penerjemahan dan penafsiran kejadian hawa dari tulang rusuk pria adalah sesuatu yang kurang tepat, kata yang dimaksud lebih tepat diartikan sebagai sifat atau disposisi, sehingga penafsiran ayat tersebut lebih tepat jika: “Telah kami ciptakan Hawa dari sifat dan disposisi yang sama dengan adam, pria dan wanita berasal dari diri yang sama”.

Suatu hasil telaah filasafat sejarah terhadap cerita-cerita Al-Qur’an lainnya yang selama ini belum dikaji dengan analis kontemporer adalah mengenahi kisah Qabil dan Habil. 

Kisah tragis pertarungan dua kutub yang terjadi sepanjang sejarah manusia, sosok Qabil sang pembunuh yang mewakili golongan penguasa tiran yang melakukan tekanan dan penindasan terhadap golongan lemah yang diwakili sosok Habil. 

Sistem Habil yang hidup pada zaman pengembalaan dimana semua sumber-sumber produksi digunakan  bersama, hidup secara bersama, penuh keikhlasan beragama, cinta kasih, dan kesabaran diganti oleh sistem Qabil dengan sistem pertaniannya, sistem yang melahirkan manusia-manusia serba kuasa dan keji yang melakukan penindasan, perbudakan, diskriminasi ras dan kelas. 

Sistem yang memberikan hak milik tanpa batas kepada perseorangan dimana ditempat yang lain orang sedang mengalami kelaparan. Pembunuhan Habil oleh Qabil merupakan sebuah tafsir sosial yang sangat ilmiah dan sosiologis dimana sistem kebersamaan dan persaudaraan digantikan oleh sistem penindasan yang sangat korup.

Pertarungan abadi sepanjang sejarah manusia, yang akan diakhiri dengan kematian Qabil dan hidupnya lagi sistem Habil ( QS 25:5 ) dimana akan terbentuk suatu sistem sosial yang penuh dengan keadilan, sebuah sitem politk  dan pemerintahan yang mengedepankan demokrasi, tapi bukan demokrasi dengan perhitungan kepala, bukan liberalisme tanpa tanggungjawab, bukan aristokrasi busuk, bukan fasisme, dan bukan kediktatoran yang anti rakyat tetapi kesucian kepemimpinan, kepemimpinan yang mengantarkan manusia kepada kesempurnaanya. 

Kepemimpinan seorang pemimpin yang telah memenangkan dirinya dari lempung dan iblis, pemimpin yang berakhlaq dengan akhlaq Allah, seorang pemimpin yang selalu berdiri dengan pedang Caesarnya siap untuk menghancurkan segala bentuk kezaliman, yang didadanya bermukim hati Yesus yang penuh welas asih, dengan otak Socrates yang mampu berfikir untuk memberi solusi atas segala permasalahan umat dan seorang pemimpin yang cintanya kepada Allah dengan cinta Al-Hallaj.

Dengan analisinya yang sangat mendalam tentang fenomena historis dan sosiologis dalam doktrin agama membuat buku karya Syari’ati ini, menjadi bacaan wajib bagi para pembaca yang mau berfikir secara metodologis dan komprehensif.