Widget HTML Atas

Sejarah Indonesia Modern 1200-2004


Sinopsis Buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004

Dalam sejarah seni pertunjukan di Indonesia kesenian banyak mengalami perubahan, yang mana salah satunya diakibatkan oleh kebijakan pemerintahan. Ketika masa pemerintahan Soekarno banyak kesenian yang dipertunjukan di luar negeri. 

Hal ini karena pada waktu itu Indonesia baru merdeka sehingga ada upaya untuk memperkenalkan budaya Indonesia di luar negeri. 

Salah satu contoh program tersebut adalah pengiriman penari-penari dari sanggar tari yang ada di Yogyakarta oleh Kantor Djawatan Kebudayaan Urusan Kesenian ke Republik Rakyat Cina (RRC) pada tahun 1954.

[1] Rombongan ini tampil di Beijing dalam rangka perayaan hari kemerdekaan Indonesia. 

Upaya memperkenalkan kesenian ini mengakibatkan munculnya tarian-tarian kreasi baru yang sifatnya lebih kepada hiburan. Selain itu ada juga kesenian-kesenian rakyat yang sifatnya untuk religi digubah menjadi lebih “profan” atau hiburan. 

Pada masa itu muncul nama-nama seperti Bagong Kussudiardja dan Wisnoe Wardana yang mendirikan Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja dan Contemporary Dance School Wisnoewardhana (CDSW) di tahun 1958. 

Selain itu ada juga nama Rd. Tjetje Soemantri dan Tb. Oemay Martakusuma yang sama-sama ahli dalam bidang kesenian Sunda, yang akhirnya menciptakan tari Kukupu.

[2] Selain pertunjukan yang diadakan di luar negeri, presiden Soekarno juga sering mengadakan pertunjukan di Istana Negara dan Istana Merdeka. Pergelaran ini menjadi ajang berkumpulnya seniman-seniman dari daerah-daerah di Indonesia. 

Pada saat itu di Indonesia memang banyak bermunculan lembaga-lembaga atau organisasi yang berkaitan tentang kebudayaan, seperti BKI (Badan Kesenian Indonesia), BKDB (Badan Kesenian Jawa Barat), HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam), Laksmi (Lembaga Kebudayaan Syariat Muslim Indonesia), Leksi (Lembaga Kesenian Indonesia), Lekrindo (Lembaga Kebudayaan Kristen Indonesia), Lesbi (Lembaga Seni Budaya Indonesia), Lesbumi (Lembaga Seniman Budayawan Muslim Indonesia), LKN (Lembaga Kebudayaan Nasional), Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) dan Masbi (Majelis Seniman Budayawan Islam). 

Organisasi atau lembaga-lembaga ini membawa kepentingannya sendiri yang tidak jarang tergabung dalam organisasi politik saat itu, misalnya Lesbumi yang dekat dengan Nahdlatul Ulama (NU), Lekra yang dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), ataupun LKN yang dekat dengan Partai Nasional Indonesia. 

Organisasi inilah yang sering mengundang para seniman-seniman untuk menggelar pertunjukan, yang tentunya untuk keperluan kelompoknya.